Anda pernah mengalami Pompa Air di rumah tiba-tiba mati atau rusak dan
air tak keluar setetes pun? Bagaimana perasaan anda menghadapi situasi
ini? Saya sendiri sering mengalaminya, wah jadi ketahuan nih pompa air
di rumah sering rusak, mungkin anda berpikir pasti pompa airnya
jelek..he..he…
Apa maksudnya ini? Apa pentingnya menceritakan
pompa air di rumah? Apa hubungannya dengan tema blog ini? Begini teman,
saya hanya ingin berbagi pengalaman, saya mendapat pelajaran berharga
dari sering rusaknya pompa air di rumah. Pelajaran berharga seperti apa?
Silakan ikuti ceritanya.
Waktu pertama
kali pompa air di rumah tiba-tiba mati tanpa sebab, saya bingung dan
pusing tujuh keliling. Sementara air di bak mandi sangat sedikit, hanya
cukup untuk cuci muka. Untuk mandi tiga orang (saya, istri dan anak)
nggak cukup, untuk masak dan cuci piring juga nggak cukup. Rumah kami
jauh dari tetangga, rumah terdekat adalah rumah Pak Haji, mantan Boss
saya yang jaraknya sekitar 30 meter dari rumah.
Yang saya
pikirkan waktu itu, “Bagian mana yang rusak dari pompa air itu? Kalau
ada bagian yang harus diganti berapa harganya? Jangan-jangan pompanya
tidak bisa diperbaiki dan harus beli yang baru? Sementara untuk beli
yang baru saya nggak pegang uang. Saya juga tidak tahu siapa tukang
servis pompa oir terdekat yang bisa dihubungi.” Pokoknya waktu itu saya
bingung, pusing,cemas dan khawatir memikirkan pompa air yang tiba-tiba
rusak. Akhirnya solusi daruratnya saya minta air ke rumah Pak Haji,
tetangga yang mantan Boss saya, untuk sekedar mandi dan memasak. Ya, mau
tak mau sayu harus bolak-balik menjinjing dua ember berisi air dari
rumah Pak Haji ke rumah saya. Lebih dari 20 ember air yang saya angkut
untuk mengisi bak mandi terisi penuh.
Besoknya, saya meminta adik
ipar untuk membantu mengangkat pompa air dari dalam sumur (timba).
Selanjutnya pompa air diperiksa bagian yang rusaknya. Karena kami
sama-sama tidak tahu bagian mana yang rusak, akhirnya pompa air itu kami
bawa ke tukang servis di pasar terdekat yang jaraknya dari rumah
sekitar 5 km. Setelah di periksa oleh ahlinya ketahuanlah bagian yang
rusaknya, ternyata hanya sebuah alat kecil seharga 10 ribu rupiah.
Setalah alatnya diganti dan dicoba ternyata bagus. Saya membayar ongkos
servisnya 10 ribu rupiah. Pompa air dipasang lagi dan airpun mengalir
lagi dengan lancar, wah plong rasanya.
Kerusakan pompa air bukan
hanya sekali, tapi barkali-kali, maklum usia pompanya mungkin cukup tua.
Setiap kali rusak, setiap kali itu pula aku bingung, cemas dan
khawatir. Suatu waktu saat aku masih berada di tempat kerja, istriku
menelepon, mengabarkan bahwa pompa air di rumah rusak lagi, air sama
sekali nggak keluar. Saya coba tanya seorang teman soal tukang servis
pompa yang pengalaman. Ternyata dia tahu persis seorang temannya yang
tukang servis pompa air. Dia langsung menelepon temannya itu untuk
segera melihat dan memperbaiki pompa air di rumah saya yang rusak. Malam
itu juga si tukang servis (Kang Ujang, namanya) datang ke rumah
melihat-melihat pompa air itu.
Esok paginya Ujang datang lagi
untuk memperbaikinya (kesan pertama, pelayannya bagus). Karena hari itu
saya masuk kerja, jadi nggak sempat melihat gimana Ujang memperbaiki
pompa air. Siangnya istri saya memberi kabar bahwa pompa airnya sudah
selesai diperbaiki dan air sudah mengalir lancar lagi. “Alhamdulillah,”
kataku dalam hati.
Sekitar seminggu kemudian, malam hari saat
saya masih di tempat kerja, ibunya anak-anak (bahasa sunda : indungna
barudak,….he..he..) telepon, katanya pompa air mati lagi, air sama
sekali nggak jalan. Kali ini saya nggak bingung lagi, segera telepon
kang Ujang untuk melihat barangkali ada masalah lain yang menyebabkan
pompa air mati. Ujang janji akan ke rumah begitu saya pulang. Singkat
cerita kami berdua sudah berada di atas sumur (timba). Ujang mulai
beraksi, saya membantu mengangkat pompa air dari dalam sumur. Saya
perhatikan, bagaimana Ujang mulai memeriksa bagian demi bagian pompa air
dengan cekatan dan teliti (ya, sekalian belajar…). Sekitar sejam dia
memperbaiki pompa, ee…pas dipasang, pipa paralonnya malah pecah……jadinya
gak bisa dipasang deh pompanya. Tapi, paling tidak masalahnya sudah
diketahui. Akhirnya aku bilang ke Ujang, “Kang Ujang, udah besok aja
pasang pompanya, malam ini biarlah saya ngambil air dari sumur Pak Haji
saja, sudah terlalu malam.” Malam itu, saya ngambil air dari sumurnya
Pak Haji. Tidak kurang dari 30 ember saya ngangkut air dengan menjinjing
dua ember sekali angkut. Lumayan capek, tapi gak apalah paling tidak
untuk malam itu masalah air teratasi.
Sambil duduk melepas lelah
di ruang keluarga, saya merenungi apa yang sudah terjadi dengan pompa
air yang sudah membuat saya bingung, pusing, cemas dan khawatir. Tapi,
malam itu walaupun capek, saya bisa menjalaninya dengan tenang, tak
terlalu khawatir lagi jika pompa air tiba-tiba rusak atau mati. Mengapa?
Karena saya sudah tahu masalahnya, sudah tahu solusinya, solusi
alternatifnya bahkan solusi daruratnya. Dulu saya bingung, cemas dan
khawatir karena belum tahu masalahnya, belum tahu solusinya, akibatnya
saya khawatir dan takut berlebihan. Saya memikirkan hal-hal buruk yang
mungkin akan terjadi dan akibat lanjutannya jika pompa air rusak. Saya
membayangkan kemungkinan-kemungkinan negatif yang sebenarnya
dilebih-lebihkan ketimbang kenyataan yang mungkin terjadi.
Ketidak-tahuan
menyebabkan kekhawatiran dan ketakutan berlebihan. Seringnya mengalami
kejadian serupa juga membuat kita terbiasa dan tak khawatir lagi.
Itulah pelajaran berharga yang saya perolah dari pengalaman rusaknya pompa air.
Info sangat bermanfaat salam kenal dari kami
BalasHapushttp://serviceac-surabaya-ok.blogspot.com/
Maaf pa mau tanya kalau pompa air yang buat kolam bisa diaplikasikan buat nyedot air PDAM
BalasHapus