Minggu, 20 Januari 2013

cara memperbaiki pompa air

http://pompa-plus.blogspot.com/
Anda pernah mengalami Pompa Air di rumah tiba-tiba mati atau rusak dan air tak keluar setetes pun? Bagaimana perasaan anda menghadapi situasi ini? Saya sendiri sering mengalaminya, wah jadi ketahuan nih pompa air di rumah sering rusak, mungkin anda berpikir pasti pompa airnya jelek..he..he…

Apa maksudnya ini? Apa pentingnya menceritakan pompa air di rumah? Apa hubungannya dengan tema blog ini? Begini teman, saya hanya ingin berbagi pengalaman, saya mendapat pelajaran berharga dari sering rusaknya pompa air di rumah. Pelajaran berharga seperti apa? Silakan ikuti ceritanya.

Waktu pertama kali pompa air di rumah tiba-tiba mati tanpa sebab, saya bingung dan pusing tujuh keliling. Sementara air di bak mandi sangat sedikit, hanya cukup untuk cuci muka. Untuk mandi tiga orang (saya, istri dan anak) nggak cukup, untuk masak dan cuci piring juga nggak cukup. Rumah kami jauh dari tetangga, rumah terdekat adalah rumah Pak Haji, mantan Boss saya yang jaraknya sekitar 30 meter dari rumah.

Yang saya pikirkan waktu itu, “Bagian mana yang rusak dari pompa air itu? Kalau ada bagian yang harus diganti berapa harganya? Jangan-jangan pompanya tidak bisa diperbaiki dan harus beli yang baru? Sementara untuk beli yang baru saya nggak pegang uang. Saya juga tidak tahu siapa tukang servis pompa oir terdekat yang bisa dihubungi.” Pokoknya waktu itu saya bingung, pusing,cemas dan khawatir memikirkan pompa air yang tiba-tiba rusak. Akhirnya solusi daruratnya saya minta air ke rumah Pak Haji, tetangga yang mantan Boss saya, untuk sekedar mandi dan memasak. Ya, mau tak mau sayu harus bolak-balik menjinjing dua ember berisi air dari rumah Pak Haji ke rumah saya. Lebih dari 20 ember air yang saya angkut untuk mengisi bak mandi terisi penuh.

Besoknya, saya meminta adik ipar untuk membantu mengangkat pompa air dari dalam sumur (timba). Selanjutnya pompa air diperiksa bagian yang rusaknya. Karena kami sama-sama tidak tahu bagian mana yang rusak, akhirnya pompa air itu kami bawa ke tukang servis di pasar terdekat yang jaraknya dari rumah sekitar 5 km. Setelah di periksa oleh ahlinya ketahuanlah bagian yang rusaknya, ternyata hanya sebuah alat kecil seharga 10 ribu rupiah. Setalah alatnya diganti dan dicoba ternyata bagus. Saya membayar ongkos servisnya 10 ribu rupiah. Pompa air dipasang lagi dan airpun mengalir lagi dengan lancar, wah plong rasanya.

Kerusakan pompa air bukan hanya sekali, tapi barkali-kali, maklum usia pompanya mungkin cukup tua. Setiap kali rusak, setiap kali itu pula aku bingung, cemas dan khawatir. Suatu waktu saat aku masih berada di tempat kerja, istriku menelepon, mengabarkan bahwa pompa air di rumah rusak lagi, air sama sekali nggak keluar. Saya coba tanya seorang teman soal tukang servis pompa yang pengalaman. Ternyata dia tahu persis seorang temannya yang tukang servis pompa air. Dia langsung menelepon temannya itu untuk segera melihat dan memperbaiki pompa air di rumah saya yang rusak. Malam itu juga si tukang servis (Kang Ujang, namanya) datang ke rumah melihat-melihat pompa air itu.

Esok paginya Ujang datang lagi untuk memperbaikinya (kesan pertama, pelayannya bagus). Karena hari itu saya masuk kerja, jadi nggak sempat melihat gimana Ujang memperbaiki pompa air. Siangnya istri saya memberi kabar bahwa pompa airnya sudah selesai diperbaiki dan air sudah mengalir lancar lagi. “Alhamdulillah,” kataku dalam hati.

Sekitar seminggu kemudian, malam hari saat saya masih di tempat kerja, ibunya anak-anak (bahasa sunda : indungna barudak,….he..he..) telepon, katanya pompa air mati lagi, air sama sekali nggak jalan. Kali ini saya nggak bingung lagi, segera telepon kang Ujang untuk melihat barangkali ada masalah lain yang menyebabkan pompa air mati. Ujang janji akan ke rumah begitu saya pulang. Singkat cerita kami berdua sudah berada di atas sumur (timba). Ujang mulai beraksi, saya membantu mengangkat pompa air dari dalam sumur. Saya perhatikan, bagaimana Ujang mulai memeriksa bagian demi bagian pompa air dengan cekatan dan teliti (ya, sekalian belajar…). Sekitar sejam dia memperbaiki pompa, ee…pas dipasang, pipa paralonnya malah pecah……jadinya gak bisa dipasang deh pompanya. Tapi, paling tidak masalahnya sudah diketahui. Akhirnya aku bilang ke Ujang, “Kang Ujang, udah besok aja pasang pompanya, malam ini biarlah saya ngambil air dari sumur Pak Haji saja, sudah terlalu malam.” Malam itu, saya ngambil air dari sumurnya Pak Haji. Tidak kurang dari 30 ember saya ngangkut air dengan menjinjing dua ember sekali angkut. Lumayan capek, tapi gak apalah paling tidak untuk malam itu masalah air teratasi.

Sambil duduk melepas lelah di ruang keluarga, saya merenungi apa yang sudah terjadi dengan pompa air yang sudah membuat saya bingung, pusing, cemas dan khawatir. Tapi, malam itu walaupun capek, saya bisa menjalaninya dengan tenang, tak terlalu khawatir lagi jika pompa air tiba-tiba rusak atau mati. Mengapa? Karena saya sudah tahu masalahnya, sudah tahu solusinya, solusi alternatifnya bahkan solusi daruratnya. Dulu saya bingung, cemas dan khawatir karena belum tahu masalahnya, belum tahu solusinya, akibatnya saya khawatir dan takut berlebihan. Saya memikirkan hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi dan akibat lanjutannya jika pompa air rusak. Saya membayangkan kemungkinan-kemungkinan negatif yang sebenarnya dilebih-lebihkan ketimbang kenyataan yang mungkin terjadi.

Ketidak-tahuan menyebabkan kekhawatiran dan ketakutan berlebihan. Seringnya mengalami kejadian serupa juga membuat kita terbiasa dan tak khawatir lagi.
Itulah pelajaran berharga yang saya perolah dari pengalaman rusaknya pompa air.

2 komentar:

  1. Info sangat bermanfaat salam kenal dari kami
    http://serviceac-surabaya-ok.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Maaf pa mau tanya kalau pompa air yang buat kolam bisa diaplikasikan buat nyedot air PDAM

    BalasHapus